top of page
Writer's picturejatododatersearamc

Isu-Isu Kritis Program Akselerasi Bagi Anak Berbakat: Apa dan Bagaimana?



D.Hambatan dalam Pelayanan Anak BerbakatDalam melaksanakan pelayanan dan pendidikan bagi anak berbakat, terdapat sebuah mitos dan miskonsepsi yang selalu melekat dalam masyarakat, berikut pendapat para ahli mengenai hal tersebut:a.Mitos masyarakat bahwa anak berbakat adalah terbentuknya kelas excellence dan elite.b.French (dalam Reni Akbar-Hawadi, 2002) mengatakan bahwa kecilnya minat masyarakat terhadap anak berbakat karena adanya pandangan yang keliru di masyarakat bahwa anak berbakat merupakan anak dengan perbatasan antara keadaan gila dan jenius, anak berbakat memiliki jiwa yang berbeda, jiwa yang lenih rentan dibandingkaan mereka yang bodoh.c.Lewis Terman (dalam Reni Akbar-Hawadi, 2002) anak yang luar biasa kepandaiannya, memiliki reputasi yang buruk karena adanya keyakinan umum bahwa anak-anak tersebut biasanya psikotes atau jika abnormal, dan hampir pasti lebih cepat matang atau berkembang kebodohan purnadewasa.d.Switzer dan McNource (dalam Reni Akbar-Hawadi, 2002) menyebutkan, di dalam kelas anak- anak berbakat menampilkan diri mereka secara rata-rata saja, sama dengan anak lainnya, karena mereka menyadari bahwa guru pun kurang menyukai anak berbakat yang selalu melontarkan pertanyaan yang menantang dan yang sulit dijawab.Dengan berbagai anggapan di atas, banyak orangtua yang tidak ingin mempunyai anak yang tergolong anak berbakat bahkan menutupi keberbakatan anak merekaE.Upaya Pelayanan Anak Berbakat1.Guru PembimbingDengan menyadari akan keterbatasan guru untuk anak berbakat, terutama untuk tugas mengajar lainnya, dalam memberikan layanan konseling bagi anak berbakat, maka konselor sekolah seharusnya mengambil alih tugas ini dengan penuh tanggung jawab, sehingga konselor mampu menunjukkan kinerja untuk semua siswa, seiring dengan guidance for all.Untuk dapat menunjukkan kinerja optimal, konselor hendaknya:a.Terlatih dan teknik konseling secara umum.b.Sensitif terhadap isu-isu afektif pada berbagai fase perkembangan.c.Bersedia menyusun mentorship, magang, dan program khusus.d.Terlatih untuk melaksanakan dan menginterpretasi tes-tes khusus dan inventori.e.Familiar dengan teknik-teknik bermain peran.f.Mampu mendiagnosa bidang-bidang masalah berkaitan dengan pengembangan psikososial anak.Adapun mengenai model dan strategi dalam konseling, Jane Piirto (1994) mengemukakan bahwa secara umum model dan strategi konseling bagi anak berbakat dapat dijelaskan sebagai berikut:a.Konseling terapetik, dimaksudkan untuk memberikan perlakuan terhadap persoalan yang dihadapi oleh anak berbakat, baik itu berkenaan dengan persoalan sosial-pribadi, akademik, maupun karir. Adapun strategi yang sering menunjukkan efektifitas yang tinggi bagi penyelesaian persoalan anak berbakat, diantaranya sebagai sebagai berikut: pengelompokan dengan teman sebaya, menstrukturkan sistem, pembuatan jejaring, konseling kelompok, terapi pustaka, pemmberian model tokoh keagamaan, mentorship, pemagangan, konseling sebaya, konseling keluarga, konseling individual, dan kelompok pendukung.b.Konseling preventif, dimaksudkan untuk memberikan pelakuan terhadap anak bebakat dengan berkonsentrasi pada pencegahan akan terjadinya persoalan yang akan muncul di kemudian hari. Adapun strategi yang sering dijadikan pilihan diantaranya: perencanaan akademik yang sesuai mencegah perkembangan kelainan perilaku, mencegah underachievement, mencegah konflik sosial/akademik, menaruh perhatian terhadap kebutuhan afektif terhadap populasi khusus, perencanaan karir, dan menghindari dampak terhadap keluarga.c.Konseling perkembangan, dimaksudkan untuk memberikan layanan konseling yang berorientasi pada dukungan terhadap pemenuhan kebutuhan anak berbakat untuk tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi dan kondisinya. Adapun strategi yang dilakukan diantaranya: memahami kekuatan dan kelemahan, penerimaan diridan pengakuan terhadap keterbatasan anak berbakat, pengembangan internal locus of control, penerimaan kesalahan sebagai pengalaman belajar, keterampilan mengatasi konflik, keterampilan pemecahan masalah, kesadaran, pemahaman dan penerimaan terhadap orang lain, keterampilan berkomunikasi, keterampilan kepemimpinan dan pembuatan keputusan, pengetahuan tentang teknik pengurangan stess, dan kemampuan memandang dirinya sendiri dan kejadian dengan humor.Pilihan model konseling sangatlah tergantung pada kepentingan konseling, apakah konseling dimaksudkan untuk melakukan pencegahan, melakukan penanganan dan penyelesaian, atau melakukan pengembangan. Artinya kehadiran konseling bagi anak berbakat sangat dinantikan pada saat kapanpun, sehingga tidak ada hari bagi anak berbakat tanpa kebutuhan konseling.




Isu-Isu Kritis Program Akselerasi Bagi Anak Berbakat



4.OrangtuaKebanyakan, orang tua cenderung menuntut terlalu banyak dari anak berbakat dengan maksud mengembangkan bakat-bakatnya semaksimal mungkin. Padahal, anak berbakat pun memerlukan waktu untuk bermain-main, untuk bergaul dengan anak-anak lain, untuk membaca buku-buku biasa dan tidak semata-mata buku pelajaran. Ada sementara orang tua yang karena dulu cita-citanya tidak terkabul berhasrat agar anak merekalah yang dapat meneruskan cita-cita orang tuanya, tanpa memperhatikan bagaimana minat dan kebutuhan anak tersebut.Di lain pihak ada orang tua yang justru khawatir terhadap suatu perkembangan keterbakatan anak akan membawanya justru pada suatu kehidupan yang tidak wajar. Oleh karena itu, mereka tidak menginginkan pertumbuhan intelektual yang terlalu cepat. Banyak pula guru yang mempunyai kekhawatiran yang sama. Akibatnya mereka dengan sengaja tidak memberikan perhatian khusus kepadanya di sekolah, tidak memberikan kesempatan untuk maju sesuai dengan kemampuan-kemampuan yang unggul.Orang tua yang bijaksana dapat membedakan antara memberi perhatian terlalu banyak atau terlalu sedikit, antara memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya dan memberi tekanan untuk berprestasi semaksimal mungkin. Utami Munandar (1982) menyatakan bahwa orangtua hendaknya:a.Sadar akan keunikan kebutuhan anak untuk semua aspeknya.b.Memiliki keterampilan sederhana untuk memenuhi kebutuhan anak.c.Menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif bagi kegiatan anak di rumah.d.Mendampingi anaknya untuk mengunjungi tempat-tempat yang mendidik.e.Bersedia bekerjasama dengan konselor, guru, dan personal sekolah lainnya untuk kepentingan kemajuan anaknya.Ada beberapa hal yang dapat memudahkan orang tua agar lebih mantap dalam menghadapi dan membina anak berbakat Ginsberg dan Harrison (1977) diantaranya adalah:1.Pertama-tama perlu diingat bahwa anak berbakat itu tetap anak dengan kebutuhan seorang anak.2.Jika ada anak-anak lain dalam keluarga, janganlah membandingkan anak berbakat dengan kakak-adiknya atau sebaliknya.3.Jangan pula suka membandingkan anak berbakat Anda dengan anak tetangga.4.Sempatkan diri untuk mendengarkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaannya.5.Berilah kesempatan seluas-luasnya untuk memuaskan rasa ingin tahunnya dengan menjajaki macam-macam bidang, namun jangan memaksakan minat-minat tertentu.6.Jika anak berbakat ingin mendalami salah satu bidang yang diamati, berilah kesempatan, karena belum tentu kesempatan itu ada di sekolah.Dengan demikian, orangtua mesti memberikan perhatian dan pelayanan yang maksimal untuk pengembangan potensi anaknya.


Studio Kode menawarkan program edukasi teknologi, melampaui coding dan pemrograman, dengan tujuan memberdayakan anak-anak Indonesia dengan keterampilan kreatif dan kritis untuk memecahkan masalah global. 2ff7e9595c


0 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


we are only a phone call away

1-800-000-0000
CALL US NOW
​for a price estimation
bottom of page